Blogger news

Minggu, 18 Mei 2014

Pikiran Memengaruhi Citra Diri


Pikiran Memengaruhi Citra Diri
Dr. Maxwell Maltz, ahli bedah kecantikan dan juga penulis terkenaldunia, melakukan penelitian tentang citra diri. Dalam Psycho-Cybernetics iamenulis bahwa setiap manusia membuat citra diri dalam benaknya yang meliputisetiap aspek kehidupan. Dalam buku ia juga menceritakan kisah seorang gadisbernama Natalie yang merasa malu karena hidungnya pesek. Ia tidak mau bergaulbahkan meninggalkan bangku sekolah. Malang benar nasib Natalie. Orangtuanyakemudian menghubungi Dr. Maxwell Maltz dan memintanya melakukan bedah untuk mempercantikparas putri kesayangannya. Operasi pun berhasil. Setiap yang berjumpa Nataliemengucapkan selamat atas perubahan parasnya. Namun, Natalie tidak sepenuhnyabahagia. Lebih dari itu, ia tidak sepenuhnya melihat perubahan di wajahnya.Ketika ditanyaoleh Dr. Maltz, “Apa kamu melihat perubahan pada hidungmusekarang?” Ia menjawab, “Ya, aku melihat perubahan, tapi aku tidakmerasakannya.”
Dr. Maltzmenjelaskan bahwa yang pertama kali harus dilakukan adalah mengubah pikiranNatalie. Sebab, pikiran itu yang membentuk citra dirinya. Setelah itu, barumelakukan operaasi untuk melakukan perubahan eksternal.

Citra diridikategorikan sebagai salah satu penyebab terjadinya perubahan. Ada orang gemukyang ingin berat badannya berkurang. Berbagai cara sudah dilakukan, tapi tidakberhasil. Sebab, ia hanya ingin perubahan eksternal tanpa melakukan perubahaninternal. Ia harus melihat dirinya dari dalam dan meyakini sepenuhnya bahwa iabisa mencapai berat badan yang diinginkan.

Ada juga orangyang ingin membebaskan diri dari kecanduan rokok. Berbagai cara sudah dicoba.Kadang kala ia berhasil, tapi kembali merokok ketika aada masalah tertentu. Halini terjadi karena citra diri di dalam benaknya sebagai seorang perokok belumberubah.

Di Montreal sayaberjumpa seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh. Ia sudah menikah danmemiliki emapt anak. Setiap hari ia mengisap rokok lebih dari lima puluhbatang. Suatu saat ia menderita pembekuan pembuluh darah. Beruntung Allahmenyelamatkannya hingga tiodak terjadi apa-apa. Pembekuan pembuluh darah ituhanya peringatan dari Allah agar ia menghindari kebiasaan buruk tersebut. Danbenar, ia menjauhi kebiasaan merokok selama enam bulan.

Tetapi,kebiasaan buruk itu kembali kambuh ketika ia dan suaminya bercerai. Sejak saatitu ia merokok lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Berbagai obat dan carauntuk meninggalkan kebiasaan merokok sudah dilakukan, tapi tidak membuahkanhasil. Di Montreal saya sempat berbicara dengannya.

Kutanyakan,“Apakah merokok itu penting bagi Anda?” Ia menjawab, “Ya, karena sudah terbiasasejak 15 tahun. Sekarang usiaku 53 tahun. Jadi, rokok ini sudah menjadi bagiandari hidupku.” Lebih lanjut berkata, “Terkadang dengan merokok aku merasatenang. Rokok ini membantu mengalihkan konsentrasiku. Dengan begitu, aku tidakpusing memikirkan berbagai persoalan yang ada. Rokok seperti menjadi sahabatsetia yang aku gunakan untuk lari meninggalkan kenyataan hidup.” Saya bertanya,“Apa Anda yakin bisa meninggalkan kebiasaan merokok?” Dengan sigap iamenjawab,” Aku sudah berusaha berkali-kali, tapi tidak berhasil. Sekarang akutidak percaya lagi dapat meninggalkannya.” Saya bertanya lagi, “Andai ternyataAnda bisa meninggalkan kebiasaan merokok, apakah Anda menilai diri Anda bukanperokok?” Ia menjawab, “Tidak sepenuhnya begitu. Aku memmandang diriku sebagaiperokok lebih dari dua puluh tahun.” Saya bertanya lagi, “Apakah Anda merokokdi depan anak-anak Anda?” Dengan cepat ia menjawab, “Tentu tidak. Aku tidakingin anak-anak merokok. Lebih dari itu, aku tidak ingin menjadi penyebabmereka merokok. Setiap kali hal ini terlintas dalam pikiran, hatiku terasapedih. Aku juga tidak merokok di depan orangtua, saudara-saudara perempuan, didalam pesawat, dan di tempat-tempat bebas rokok.”

Pembicaraanterus berlangsung untuk menggali informasi tentang kebiasaan merokoknya, baiktentang waktu, tempat, perasaan, keyakinan, citra diri, hal-hal yangmencegahnya untuk merokok, dan lain-lain. Sebagai langkah awal kita harus bisamerubah keyakinan, citra diri, kemudian mengaitkan rasa sakit dengan kebiasaanmerokok di akal bawah sadar. Setelah itu, baru bisa melakukan terapi secaraperlahan dan mengubah kebiasaan menjadi sesuatu lebih penting. Dengan izinAllah perempuan itu bisa bebas dari kebiasaan merokok.

Sebagaimana Andalihat, citra diri kadang kala menjaadi faktor utama bagi keberhasilan ataukegagalan dan kebahagiaan atau kesengsaraan.

Ada banyakfaktor yang kuat memengaruhi citra diri, antara lain media informasi. Di layarkaca kita bisa menyaksikan suguhan pagelaran busana dengan para model bertubuhlangsing. Tontonan itu menggoda para gadis untuk memiliki bentuk tubuh sepertimereka. Akibatnya, tidak sedikit kaum hawa melakukan diet keras hinggamenderita anoreksia, yaitu takut terhadap makanan karena tidak mau berat tubuhnyabertambah.

KebijaksanaanAfrika mengatakan, “Jika musuh internal tidak ada maka musuh eksternal tidakdapat menyakiti Anda.” Musuh besar manusia adalah dirinya sendiri. Aristotelesberkata, “Persoalan saya menghadapi diri sendiri melebihi beratnya persoalansaya menghadapi makhluk apa pun.” Semua itu disebabkan oleh pikiran yangkemudian memengaruhi citra diri.[]

Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews